Ini Tahun 2017 dan Saya Masih Pakai JQuery
Jquery adalah library Javascript yang cukup banyak dipakai para pengembang web. Selain itu, ada css framework yang tergantung kepada Jquery seperti Twitter Bootstrap atau Foundation yang notabene framework papan atas.
Namun, belakangan ini ada semacam wacana kembali kepada Javascript asli. Term itu berupa Vanilla JS atau Plain JS. Di internet bisa kita lihat tulisan penolakan terhadap JQuery seperti salah satunya http://youmightnotneedjquery.com/ dan salah duanya https://blog.garstasio.com/you-dont-need-jquery/.
Pada awalnya Jquery diperlukan untuk meminimalisir inkompatibilitas browser. Tapi muncul pertanyaan kemudian, apakah semakin modern browser apa masih penyakit inkompatibilitas browser masih muncul? Ada keyakinan bahwa penyakit inkompatibilitas akan segera teratasi dan itu artinya JQuery sudah tidak diperlukan. Apalagi, Jquery akan memaksa browser untuk me-load terlebih dahulu filenya dan ini dirasakan cukup memakan waktu dan memori khusunya bagi browser mobile.
Muncul library sejenis yang mencoba menyaingi Jquery seperti Mootool, Dojo, Zepto atau bahkan React besutannya Facebook. Selain itu banyak Framework Javascript yang ikut andil memudarkan ketenaran Jquery seperti VueJs atau AngularJS.
Walau demikian, saya sampai saat ini masih menyukai Jquery. Bukan bagaimana saya bukan programer, hanya desainer yang cukup kesulitan menggunakan Javascript. Jquery yang notabene adalah penyederhanaan dari Javascript. lagian fungsi dan kegunaan seringkali melampui kekunoan atau kemodernan. Seperti Whatsapp misalnya, betah menggunakan program bahasa yang konon oldschool atau kuno, bahasa programan Erlang. Bukan bagaimana, Erlang mempunyai kemampuan menangani arus komunikasi paralel yang membludak.
Banyak hal yang telah kami lakukan berdua (saya dan jquery hee hee). Web dengan ajax-nya. Bahkan saya bisa membuat game dengan Jquery plus Jquery-ui.
Awalnya saya benar-benar skeptis apa saya bisa menggunakan bahasa program semacam Javascript? Saya hanya bisa HTML dan CSS. Saya hanya seorang desainer. Bagi saya bahasa program itu ruwet. Dan akhirnya saya bertemu dengan buku ini. Saya akhirnya bisa ‘menggunakan’ Javascript via Jquery. Bukankah Jquery adalah Javascript yang disederhanakan? Buku ini juga adalah pintu masuk untu mengenal Javascript. Saya menjadi tertarik membeli buku tentang Javascript misalnya.
Salah satu yang membuat ini penting adalah adanya pendahuluan yang mencoba mengenalkan apa itu Jquery dan bagaimana cara menggunakannya serta bagaimana penulisan kodenya. Ini penting karena ketika kita melihat Jquery ke situs resminya, kita akan disuguhi info yang memusingkan apalagi ketika kita melihat ke dokumentasi API-nya. Bagi pemula, penjelasan ini penting.
Kemudian buku ini berlanjut pengenalan selector dan filter. Kekuatan dari Jquery adalah manipulasi DOM (Document Object Model) yang menggunakan selector atau filter. DOM sendiri adalah sebuah pemodelan yang digunakan untuk mengakses elemen dari dokumen HTML. Selanjutnya buku ini akan menjelaskan manipulasi DOM, efek-efek seperti show dan hide, even dan juga hal yang sangat penting AJAX(Asynchronous JavaScript and XML). Selain itu buku ini juga menjelaskan cara membuat plugin sendiri untuk jQuery.
Karena Jquery adalah JavaScript, adalah sangat perlu untuk mempelajari JavaScript khusunya masalah pengulangan (loop). Karena dibuku ini tidak dijelaskan.(isul)
Judul Buku: Belajar JavaScript Menggunakan JQuery Penulis: Tim kerjasama Wahana Komputer dan Penerbit Andi Tahun terbit: 2012 Tebal: 225 hal.
comments powered by Disqus